Friday, March 30, 2018

Tuanku Tunggang Parangan

Kutai abad ke 16 dikuasai oleh 2 kerajaan, yaitu Kutai Martapura dan Kutai Kartanegara. Kutai Martapura berada agak jauh di pedalaman sungai Mahakam yaitu di Muara Kaman, sedangkan Kutai Kartanegara pada saat itu masih berada di Kutai Lama, di kecamatan Anggana sekarang. Pusat kerajaan berada di desa Kutai Lama, yang sekarang merupakan wilayah kecamatan Anggana Kutai Kartanegara yang dapat ditempuh selama 1 jam dari pusat kota Samarinda.

Kutai Kartanegara pada rentang tahun 1525 sampai 1589 dikuasai oleh Raja Aji Mahkota, saat itu kerajaan Kutai masih bercorak hindu. Ulama-ulama dan pedagang-pedagang islam sudah banyak yang datang ke Kutai pada saat itu, tetapi Raja Aji Mahkota belum mau memeluk islam. Sampai akhirnya di akhir abad 16 datanglah dua ulama besar yaitu Datuk Ribandang dan Tuanku Tunggang Parangan. Kedua ulama ini gigih dalam menyebarkan agama Islam di bumi kutai, tapi karena satu dan lain hal, Datuk Ribandang harus kembali ke pulau Sulawesi, jadi tinggalah Tuanku Tunggang Parangan yang tetap tinggal di bumi Kutai sampai akhir hayatnya

(dokumentasi pribadi)




Tuanku Tunggang Parangan merupakan ulama yang menyebarkan Islam di bumi Kutai, ada perbedaan pendapat mengenai asal usul ulama satu ini, sebagian mengatakan Tuanku Tunggang Parangan merupakan ulama yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, sebagian lain mengatakan bahwa Tuanku Tunggang Parangan berasal dari Hadramaut,Yaman.

Nama aslinya adalah Habib Hasyim bin Musayyah bin Yahya, nama Tunggang Parangan merupakan julukan beliau. Julukan ini didapat setelah konon beliau datang ke bumi Kutai menunggangi parangan dari bumi sulawesi, parangan merupakan ikan hiu gergaji dalam bahasa Kutai. Julukan lain dari Tuanku Tunggang Parangan adalah Datuk berjanggut merah, dikarenakan janggut beliau yang sangat merah.
(dokumentasi pribadi)

Menurut cerita-cerita dari warga kutai, dari kerabat kerajaan dan dari juru pelihara makam, pada saat datang ke Kutai, Raja Aji Mahkota tidak serta memeluk islam, untuk masuk islam Raja Aji Mahkota mau adu kesaktian dengan Tuanku Tunggang Parangan, jika berhasil dikalahkan maka raja akan memeluk Islam. Tantangan pertama, Raja Aji Mahkota ingin ditemukan setelah menghilang, tetapi setelah 12 langkah, atas izin Allah Subhanallah Wa Ta'ala , Tuanku Tunggang Parangan telah berdiri di belakang dan menemukan raja dengan mudah.

Tantangan kedua raja mengajak Tuanku untuk menuju lapangan, Raja Aji Mahkota mengeluarkan api yang sangat besar, Tuanku Tunggang Parangan menuju sungai Mahakam untuk berwudhu dan setelah itu sholat dua rakaat. Selesai Tuanku salam, meluaplah sungai Mahakam dan merendam api dari raja tadi, akan tetapi api tetap menyala dan tidak padam, lalu muncul lah ikan parangan (hiu gergaji) berputar-putar di sekitar api dan mematikan api tersebut. Akhirnya Raja Aji Mahkota kalah dan masuk islam lah dia.

Tuanku Tunggang Parangan menetap hingga akhir hayatnya di bumi Kutai, beliau meninggal di awal abad ke 17 setelah berdakwah menyebarkan Islam ke masyarakat Kutai. Tuanku Tunggang Parangan di makamkan di desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, makamnya masih dapat ditemui sampai saat ini, hanya berjarak 1 jam dari ibukota provinsi Kalimantan Timur. Makam Tuanku Tunggang Parangan sudah di pugar dan di renovasi bangunannya, tetapi nisannya masih asli dan terjaga, ribuan peziarah datang tiap tahun untuk napak tilas dan mengingat perjuangan penyebaran Islam oleh Tuanku Tunggang Parangan.



(dokumentasi pribadi)

Makamnya terdiri dari satu bangunan dan dijaga oleh satu juru pelihara makam, yang senantiasa mejaga dan merawat makam. Kondisi sekitar makam bersih, parkir untuk mobil dan motor juga tersedia, jadi para peziarah dapat tenang selama berziarah, akses menuju makam ini pun cukup mudah. Satu hal yang menganggu banyaknya anak-anak kecil yang meminta sedekah dan agak sedikit memaksa, hal ini bisa menjadi hal yang dapat menganggu peziarah yang datang dan dikhawatirkan tidak datang kembali kesini, padahal hal ini bisa menggerakan ekonomi warga di sekitar makam, semoga para stakeholder dapat menyelesaikan masalah ini segera.

No comments:

Post a Comment

Pesona Tari Belian Namang Kedang Ipil

Tari Belian Namang merupakan tari yang berkembang di Desa Kedang Ipil yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tari...