Wednesday, November 8, 2017

Tugu Pembantaian Jepang Loa Kulu

Indonesia telah menjadi rebutan bangsa-bangsa asing yang ingin menguasai sumber daya alamnya. Bangsa Eropa dari awal abad ke 17 sudah mulai datang ke Nusantara dan mulai menjajah dan mengeksploitasi sumber daya alam. Bangsa Belanda merupakan yang paling lama bertahan di Nusantara, kurang lebih 350 tahun menjajah bumi Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dan akhirnya terhenti setelah kedatangan Jepang yang mengambil alih Nusantara pada tahun 1942.

Jepang awalnya menjadi harapan bangsa Indonesia karena sama-sama berasal dari Asia dan diharapkan  dapat membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah. Jepang sangat membutuhkan sumber daya alam Indonesia untuk membiayai perang dengan sekutu, sehingga Jepang memeras dengan sekuat tenaga sumber daya alam Indonesia dengan menggunakan rakyat-rakyat Indonesia sendiri dengan paksa. Harapan tinggal harapan, ternyata Jepang tidak jauh beda dengan Belanda dalam menjajah Indonesia, bahkan dianggap lebih kejam. Salah satu bukti sejarah kekejaman Jepang masih ada saat ini yaitu Tugu Pembantaian Jepang yang telah menjadi cagar budaya di Desa Loh Sumber  kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.





Tugu ini dibangun untuk memperingati orang-orang Loa Kulu yang dibantai oleh Jepang karena dicurigai sebagai orang-orang kepercayaan Belanda dan orang-orang yang dianggap dapat membahayakan posisi Jepang di Loa Kulu. Menurut versi yang lain, yang dibantai adalah para orang Belanda yang ada di Samarinda dan Loa Kulu. Jepang datang ke Loa Kulu untuk mengambil tambang batu bara yang dijalankan oleh perusahaan Belanda yaitu Oost Borneo Maatschapij (OBM). Belanda sudah lama memetakan dan mengekploitasi batu bara di Kutai sejak tahun 1880an.

Dalam mencari orang-orang yang dianggap membahayakan Jepang, Jepang menggunakan mata-mata atau spionase diantara masyarakat, setelah data-data orang-orang telah didapat, Jepang akan menculik  orang-orang tersebut pada malam hari dan akan dibantai kemudian dimasukkan ke dalam sumur pembantaian yang dalamnya sekitar 80 sampai 100 meter. Menurut cerita dari warga yang melihat langsung perisitiwa tersebut, ada sekitar 180 orang yang dibantai ditempat tersebut. Mereka dibantai secara membabi buta, mereka ada yang dipancung, disiksa, kemudian dimasukkan ke dalam sumur pembantaian tadi, untuk memastikan semua tawanan telah mati, Jepang juga menaruh karbit dan diledakkan didalam sumur tersebut.



Nagasaki dan Hiroshima akhirnya di bom atom oleh sekutu tahun 1945, akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Kekuasaan atas Indonesia juga berakhir, termasuk di Loa Kulu, para pemimpin Jepang banyak yang melarikan diri, sisa-sisa prajurit Jepang yang tertinggal dijadikan tahanan oleh sekutu dan ditugaskan mengambil mayat di dalam sumur dan dipindahkan ke atas gunung Loh Sumber, tempat inilah yang akhirnya dibangunkan tugu peringatan untuk memperingati orang-orang yang telah dibantai di Loa Kulu. 

Tugu ini berbentuk seperti limas runcing keatas, kurang lebih tingginya 2 meter, terdapat tulisan Juli 1946 dibagian depan tugu. Untuk menuju ke tugu ini, memakan waktu sekitar 20 menit dari Tenggarong, tugu ini terletak tidak jauh dari jalan poros Samarinda-Tenggarong yang melewati Loa Janan. Tugu ini juga berdekatan dengan kantor kecamatan Loa Kulu. Untuk mencapai tugu ini kita perlu berjalan sedikit menaiki jalan setapak yang miring. Akses jalan sudah bagus, jalan sudah di semen, daerah sekitar tugu juga bersih , serta terdapat papan informasi mengenai peristiwa pembantaian bagi pengunjung.

No comments:

Post a Comment

Pesona Tari Belian Namang Kedang Ipil

Tari Belian Namang merupakan tari yang berkembang di Desa Kedang Ipil yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tari...