Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh,,
Pada postingan kali ini, kita melanjutkan mengenai perjalanan saya menjadi Penggiat Budaya dari awal pendaftaran sampai lulus tes akhir dan akan ditempatkan di Kutai Kartanegara. Kabupaten yang kaya sekali akan budaya, dari masa lampau, masa sekarang ataupun masa depan, beruntung sekali bisa ditempatkan di kabupaten ini.
Postingan sebelumnya bercerita mengenai seleksi administrasi tahap II, menulis esai dan wawancara online, tahap yang cukup menguras tenaga dan pikiran, karena melengkapi persyaratannya perlu mengurus ke banyak instansi dan jaraknya tidak dekat, sehingga perlu tenaga dan pikiran yang ekstra.
(Sumber : IG @budayasaya Setditjen Kebudayaan)
Usaha tidak akan mengkhianati hasil, pepatah tersebut memang benar adanya , 19 Mei 2017 , saya mendapatkan email dari bagian kepegawaian Setditjen Kebudayaan berisi attachment file Surat Undangan kegiatan Pembekalan di Makassar selama satu minggu, kabar ini sangat menggembirakan , karena memang butuh perjuangan untuk menempu tes ini, memang hasil tidak akan pernah mengkhianati proses.
Surat tersebut berisikan waktu pembekalan selama 1 minggu , dari tanggal 26 Mei sampai 1 Juni 2017, bertempat di Hotel Aryaduta Makassar, serta kelengkapan administrasi selama tes harus dibawa, kalau dulu kita hanya mengunggah berkasnya, sekarang semua berkas itu harus dibawa dan dikumpulkan ke panitia di Makassar dalam bentuk fisiknya, hal yang lebih menggembirakan lagi bahwa semua biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi semua ditanggung oleh pantia, tetapi untuk tiket pp pesawat kita beli di awal dengan biaya pribadi dan akan diganti kemudian.
Bagi kami yang awam, belum pernah berurusan dengan instansi pemerintah, SPPD merupakan hal asing, baru pertama kali dengar, SPPD juga merupakan salah satu hal yang disampaikan dalam surat undangan pembekalan tersebut, SPPD ditandatangani oleh pejabat setingkat camat, jadi saya pergilah menuju Kecamatan Samarinda Ulu, karena disitu lah saya berdomisili. Format SPPD sendiri sudah dikirim oleh panitia Jakarta, kita tinggal bawa dan minta tanda tangan saja, tetapi pada saat sampai ke kecamatan, terjadilah kebingungan, petugas kecamatan bingung karena SPPD yang ditandatangani tidak pda tempat seperti biasanya, hal ini di alami oleh sebagian peserta calon penggiat budaya. Tapi alhamdulillah, panitia akhirnya mengirimkan revisi SPPD karena banyaknya keluhan dari peserta calon penggiat budaya, pihak kecamatan pun langsung menandatangani karena sudah sama seperti SPPD-SPPD yang lain, hanya miss komunikasi saja masalahnya.
Satu hal menarik dari persyaratan untuk mengikuti pembekalan di Makassar, semua peserta pembekalan calon penggiat budaya harus mengenakan baju adat dari daerah asal masing-masing, karena saya berasal dari Kalimantan Timur, harus memakai baju adat dari Kaltim, sebenarnya banyak sekali pilihan baju adat dari kaltim sendiri, yaitu baju adat dayak, kutai, paser dan sebagainya, akan tetapi sangat susah untuk mencari baju adat untuk orang dewasa di Samarinda, karena biasanya penyewaan baju adat hanya untuk anak-anak, setelah setengah mati mencari akhirnya dapatlah tempat penyewaan baju adat di belakang Taman Budaya Samarinda, disitu memang sering di sewakan baju baju adat dayak untuk orang dewasa, setelah negosiasi akhirnya saya menyewa baju adat dayak Londaye lengkap dengan mandau selama satu minggu dengan harga miring.
Akhirnya semua persyaratan, perlengkapan, yaitu berkas-berkas, mobil menuju Balikpapan, tiket pesawat pp Balikpapan-Makassar, baju adat Kaltim telah didapatkan semua, telah dilengkapi semua, saya siap berangkat ke Makassar. Cukup sampai disini postingan kali ini, berikutnya kita akan membahas mengenai pembekalan para calon Penggiat Budaya di Makassar, terima kasih,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,,
No comments:
Post a Comment